Kamis, 19 Agustus 2010

Hari - hari berikutnya

Stasiun Apung Tapal Batas Laut (SATBL)

Jam 08.00 Pagi ini saya memanggil Mr.T , menteri luar negeri dan pertahanan untuk menghadap di istana negara guna membicarakan tentang seringnya negara tetangga melanggar batas laut dan mencuri ikan maupun sumber daya kelautan yang ada di perairan assalam.

"Assalamu'alaikum", sapa Mr.T dan menteri luar negeri saat memasuki ruang meeting.
"Wa'alaikumussalam", jawab saya seraya menjabat tangannya dengan erat.

Dibelakangnya menteri pertahanan memberi hormat dan salam serta menjabat tangan saya.

Setelah semuanya saya persilahkan duduk maka saya pun mulai bertanya.

"Saya mendapat informasi tentang seringnya pelanggaran batas wilayah dan pencurian sumber daya laut kita oleh nelayan dan angkatan laut negara tetangga, bisakah pak Menlu dan pak Menhan menjelaskan mengapa hal ini sering terjadi ?"

Menhan : "baik pak Presiden,ijinkan saya menjelaskan upaya yang sudah kami lakukan.
Pertama angkatan laut sudah saya perintahkan melakukan patroli rutin diperbatasan laut, akan tetapi karena kurangnya biaya operasional terutama bahan bakar kapal patroli dan juga kapal patroli yang sudah tua membuat upaya kami kurang maksimal dalam menjaga perbatasan laut.
Kedua, upaya komunikasi kepada nelayan maupun tentara laut negara tetangga yang melanggar batas sudah sering kami lakukan , namun karena tapal batasnya dilaut lepas tidak ada maka pelanggaran sering terjadi."

"Oke, sekarang saya ingin mendengar penjelasan dari pak Menlu."

Menlu : "Bapak Presiden, kami telah mengupayakan diplomasi dengan menlu negara tetangga agar mereka dapat mengerti dan memahami batas wilayah laut negara kita dan meminta mereka agar mengedukasi warga negara serta angkatan lautnya untuk tidak melanggar batas wilayah kita apalagi mencuri sumber daya laut kita."

"Baik, saya sudah bisa menangkap pangkal masalahnya."

"Pertama, angkatan laut kita kekurangan peralatan pendukung seperti kapal, stasiun tapal batas laut serta biaya operasional untuk bisa berpatroli sesuai rencana.

Kedua, Ketidak-tegasan kita dalam bertindak dilapangan membuat upaya diplomasi kita tidak membumi dikalangan warga mereka."

"Oleh karena itu saya memutuskan hal-hal sebagai berikut :"

"Satu, memerintahkan saudara Menlu untuk memberikan informasi kepada mereka bahwa mulai besok setiap pelanggaran akan mendapat hukuman 'ditenggelamkan' kapalnya, adapun awaknya akan ditahan dan akan diekstradisi atas biaya negara mereka."

"Dua, memerintakan kepada saudara menhan agar melaksanakan perintah tindakan tegas tadi tanpa pandang bulu dan tetap memperlakukan awak kapal dengan baik untuk ditahan didarat, sampai proses pengadilan ekstradisi dilakukan."

"Ketiga, kepada saudara menteri teknologi agar dalam tiga bulan ke depan menciptakan stasiun tapal batas laut yang terapung dan dapat dioperasikan oleh angkatan laut sebagai alat pengintai, pendeteksi, pemberi peringatan dan penghancur kapal-kapal yang melanggar batas wilayah laut kita."

"Saya ingin stasiun ini bisa dioperasikan secara manual maupun dari jarak jauh, memiliki energi listrik yang mandiri dan terbarukan apakah itu dengan tenaga surya, angin ombak maupun air."

"Stasiun ini adalah sebagai benteng pertahanan laut kita oleh karenanya mutlak sangat diperlukan, begitu juga dengan kapal patroli saya minta menteri teknolgi dalam enam bulan ini bisa membuat kapal patroli cepat yang sangat gesit dilaut dan dipersenjatai untuk mengejar pelanggar batas laut kita. Saya minta kapal ini dapat terbang di atas air dan menggunakan energi listrik bukan dengan solar ataupun bensin."

"Saudara menteri teknologi apakah sudah mengerti apa yang saya minta?"

Mr.T : "Sudah bapak presiden , saya segera membuat stasiun apung tapal batas laut dan kapal patroli cepat. Besok bapak akan saya update perkembangannya."

"Baiklah terima kasih", jawab saya.

"Saudara Menlu dan Menhan , adakah yang ingin anda tanyakan atau sampaikan"

Serempak keduanya menjawab : "Jelas pak presiden kami akan langsung menjalankan perintah bapak presiden."

"Terima kasih." jawab saya

Kemudian mereka berpamitan untuk segera kembali ke posnya masing-masing dengan PR yang sudah saya berikan.

esok harinya saya mendapat kabar dari Menlu bahwa ia sudah mensosialisasikan kebijakan hukuman tenggelamkan kapal pelanggar batas dan Menhan juga telah mengabari saya bahwa angkatan laut sudah berpatroli di perbatasan dan mensosialisasikan kebijakan hukuman tadi kepada angkatan laut negara tetangga.

Dua hari berlalu dengan aman ditapal batas laut, hari ketiga, saya mendapat laporan dari Menhan 10 kapal nelayan mencuri ikan diperairan laut, mereka sudah diberi peringatan untuk menjauh tapi tetap nekad masuk dan mencuri ikan.

7 kapal berhasil di tangkap 3 kapal kabur melarikan diri. Para 70 awaknya digiring dalam 2 perahu mereka ke darat adapun 5 kapal lainya ditenggelamkan dilaut.

Negara tetangga heboh, nota protes mereka layangkan ke duta besar assalam di negara mereka.

Namun Menlu bertindak lebih awal ia mengirimkan surat nota protes ke Menlu negara tetangga atas pelanggaran batas laut yang warga negara mereka lakukan.

Akhirnya mereka menyadari, bahwa negara assalam memiliki ketegasan dan keberanian bertindak.

5 bulan setelah itu, saya meresmikan 999 SATBL (Stasiun Apung Tapal Batas Laut) terapung yang menjadi benteng terluar dibatas laut negara assalam.

Oleh menteri teknologi SATBL ini difungsikan bukan hanya sebagai radar,pengintai jarak jauh,transmiter komunikasi, tapi juga sebagai mercusuar dan pos-apung bagi angkatan laut kita.

SATBL ini mengunakan kombinasi 3 sumber penghasil listriknya yang saling mengisi yaitu turbin ombak dan angin serta panel tenaga surya. SATBL yang berbentuk bola dengan diameter 10 meter, memiliki jangkar dan kincir pendorong dibawahnya yang dapat difungsikan secara langsung oleh operator didalamnya maupun secara jarak jauh.

SATBL ini juga dilengkapi pengeras suara atau sirine, radar untuk mendeteksi kedalaman laut, kapal maupun ikan dibawah laut, sensor penghitung curah hujan, kecepatan arus air dan udara, alat komunikasi satelit, kamera pengintai dan lampu sorot yang dapat diputar 360 derajat. Perlengkapan survival serta penyaring air.

SATBL terapung ini sungguh membuat saya bangga karena sangat canggih ,murah dan powerfull sebagai benteng pertahanan, karena SATBL ini dilengkapi dengan pengecoh radar dan 33 mini torpedo yang siap melesat jika dalam kondisi terancam ataupun menghalau torpedo dan ranjau laut musuh.

Kedepannya SATBL ini akan dilengkapi pesawat mini dan kapal selam mini yang digunakan untuk melakukan observasi dari udara maupun bawah laut. Pesawat dan kapal mini tersebut dikendalikan secara jarak jauh dan dibantu komputer atau dikendalikan secara otomatis oleh komputer cerdas di dalam SATBL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar