Jam menunjukkan pukul 23.45 malam ketika saya baru saja selesai melakukan tele-meeting dengan Menlu dan Kastaf AL kemudian saya memantau laporan kondisi perbatasan laut melalui Hackom.
Ternyata siang tadi terjadi aksi penenggelaman kapal pencuri ikan disalah satu titik perbatasan laut yang dijaga oleh SATBL (Stasiun Apung Tapal Batas Laut) dengan nomor stasiun 203.
Peristiwanya terekam dalam video berdurasi 30 menit, saya coba lihat melalui video streaming di Hackom.
Dilayar CCTV tertera penunjuk waktu 09.10 , terlihat dari kejauhan sebuah perahu nelayan berbendera Assalam berusaha memasuki perairan Assalam.
SATBL-203 yang canggih inipun memberi sinyal untuk menjauh dari perbatasan dengan menggunakan kedipan lampu sorot.
Namun nampaknya peringatan tadi tidak di gubrisnya, perahu tadi acuh saja mendekat SATBL-203 , tak lama dari speaker SATBL-203 keluar suara sirine dan diikuti oleh perintah menjauh.
"Perhatian , perahu anda telah mendekati 200 meter dari batas laut negeri Assalam , jika anda bukan warga negara Assalam kami perintahkan anda untuk segera menjauh, jika anda warga negara Assalam silahkan nyalakan HC2 anda untuk identifikasi."
Tiba-tiba kamera CCTV SATBL-203 melakukan zooming, nampak terlihat wajah 10 nelayan laut negara tetangga heran dan kebingungan mendengar ada perintah tadi, ada waktu sekitar 3 menit perahu berhenti dan nampak mereka saling berdiskusi untuk membuat keputusan, di menit ke 4 perahu kembali berjalan menuju garis perbatasan dengan manuver melingkar menjauhi stasiun terapung.
Sedetik kemudian bagian atap SATBL-203 terbuka dan menyembul sebuah HM-203 (Helikopter Mini) yang siap lepas landas, radar dan pengukur angin memastikan kondisi cuaca dalam keadaan yang layak untuk terbang.
Bersamaan dengan itu peringatan kedua pun di bunyikan.
"Perhatian ,peringatan ke dua perahu anda telah mendekati 100 meter dari batas laut Assalam, kami perintahkan untuk segera menjauh, jika sampai peringatan ke 3 anda tetap menerobos batas laut kami maka perahu anda akan kami tenggelamkan."
Sementara HM-203 membuntuti manuver perahu nelayan itu dari jarak dekat, beberapa foto dan rekaman video secara live direkam pula oleh CCTV yang ada di HM-203 , sebagai bukti foto udara bahwa perahu sedang mendekti batas laut Assalam.
Tampak para pencuri ikan itu cengar-cengir dan mengibarkan bendera Assalam seolah meledek peringatan yang diberikan oleh stasiun apung sebagai gertak-sambal dan dapat mereka kelabui dengan mengibarkan bendera Assalam.
Hasil foto udara dan satelit memastikan perahu telah memasuki koordinat garis batas laut, SATBL segera membunyikan sirine dan peringatan ke-3 dan mengirim sinyal emergency ke KPCAL-307 (Kapal Patroli Cepat Angkatan Laut) terdekat.
"Perhatian perahu anda telah memasuki garis batas laut Assalam, segera putar arah dan keluar dari batas laut negara kami, bila tidak kapal anda akan kami tenggelamkan dalam hitungan ke-33, dimulai dari sekarang satu...dua...tiga... "
Alih-alih perahu berbalik arah ,justru mereka tancap gas menjauh dari SATBL-203 , sementara H3M1 terus membuntuti dan merekam gambar video mereka , mereka tampak tidak menggubris hitungan mundur yang disiarkan dari speaker SATBL-203 , bahkan semakin jauh masuk keperairan Assalam, sambil bercanda dan tertawa sesama mereka.
"Dua puluh satu.. Dua puluh dua ...Dua puluh tiga..." sayup-sayup masih terdengar suara hitungan mundur stasiun apung, yang terekam dalam video yang dibuat H3M1 saat membuntuti perahu tadi.
Saat hitungan ke-30 berhenti, sebuah TOM1 (Torpedo Mini) yang dipandu oleh satelit dan radar yang dimiliki STABL-203, melesat keluar, meluncur didalam air mengejar perahu tadi. Detik-detik inipun terekam di radar stasiun apung yang mencatat dengan rapi semua kronologisnya.
Sementara diperahu setelah hitungan SATBL-203 ke 30 berhenti para pencuri malah tertawa melecehkan dan bersama-sama menambahkan hitungan yang tadi sudah terhenti,
"Tiga puluh satu.... Tiga puluh dua...Tiga puluh tiga....Tiga puluh....em.. "
Belum sempat kata terakhir mereka ucapkan TOM1 telah menghantam lambung perahu mereka dan merobek separuh sisi bawahnya sehingga , perahupun oleng dan mulai karam, wajah pencuri yang tadi tertawa-tawa pucat pasi dan panik.
Sebagianya reflek berteriak minta tolong, sebagian lagi mencari pelampung dan kayu yang bisa digunakan sebagai alat apung.
Perahu mulai karam, jeritan minta tolongpun semakin ramai, mereka berusaha berenang.
Tepat hitungan ke 60 datang mendekati mereka sebuah KPCAL-307 Assalam yang bisa melayang dipermukaan laut saat mengarungi laut.
KPCAL-307 mendekat perlahan lalu mengisolir para pencuri yang sedang berenang dilaut dengan membuat manuver lingkaran sambil melempar tali yang diikat dengan pelampung kecil.
Kemudian tali tersebut ditarik perlahan seperti layaknya nelayan menjebak ikan.
Para pencuripun segera berpegangan pada tali tersebut.
Tak berapa lama mereka ditarik mendekati KPCAL-307, lalu 2 buah perahu karet angin yang masih terlipat rapi diturunkan kelaut dari KPCAL-307 dan saat penguncinya ditarik perahu-karetpun mengembang.
Para pencuri diangkat dan dinaikan ke dalam 2 perahu karet tadi yang berkapasitas masing-masing 5 orang.
Lalu merekapun diberi pelampung sebagai pengaman. Ada sekitar 20 menit mereka menenangkan diri dan mulai saling menyalahkan serta menyesali perbuatanya.
Selang beberapa menit kemudian datang Kapal Angkut AL dan memasukan mereka semua kedalamnya lalu mereka dibawa ke darat untuk menjalani proses persidangan.
Setelah KPCAL-307 dan Kapal Angkut meninggalkan TKP maka HM-203 segera balik arah kembali ke SATBL-203.
Kejadian ini terekam dengan durasi 30 menit.
Konon sore harinya menlu negara tetangga akan melayangkan nota protesnya, namun urung karena kami memiliki data dan fakta yang sesungguhnya.
Bahkan menlu Assalam telah meminta negara tetangga membayar denda dan biaya pemulangan warganya yang tertangkap menerobos dan berniat mencuri ikan di perairan Assalam.
Alhamdulillah masalah perbatasan laut telah bisa diatasi dan kedaulatan negara Assalam tetap dapat dipertahankan.
Waktu telah menunjukkan 00.23 dini hari saya pun meletakkan hackom dan membaca do'a , bismika Allahuma Ahya wa bismika amuut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar