Selasa, 14 Juni 2011

Kampung Nelayan Sejahtera

Pukul 19.00 malam , setelah seharian berkunjung ke sekolah, saya minta kepada Menteri Kesejahteraan menemani saya bermalam di kampung Nelayan desa Tirta Mulia, di pesisir pulau Mulia propinsi Lukuma.
Pulau Mulia hanya berjarak setengah jam perjalanan dengan menggunakan perahu Speedboat dari propinsi Lakuma.
Dulu dibenak saya desa nelayan adalah sebuah desa dipesisir yang miskin tidak memiliki listrik , air tawar dan terbelakang jaringan telekomunikasinya. Namun sejak saya menjabat Presiden saya menugaskan Menteri Kesejahteraan untuk membantu para Nelayan memlalui program kerja Peningkatan Kesejahteraan bagi Pekerja,Petani,Peternak dan Nelayan (PKP3N).
Bantuan yang akan diterima nelayan adalah :
- Bantuan Sarana Kerja seperti kredit murah untuk pembelian Perahu ,Alat Navigasi, Alat Komunikasi & Alat Penangkap.
- Bantuan Sarana Pemasaran & Distribusi, seperti Fasilitas Dermaga, Pelelangan dan Stabilitas Harga.
- Informasi Cuaca & Panduan Lalu Lintas Laut.
- Bantuan Rumah Tinggal & Pendidikan Anak
Setengah jam terasa begitu cepat , ketika Abdul Karim Gubernur Lukuma yang menemani saya, menyadarkan saya dari lamunan saya tetang Kampung Nelayan.
“Pak Presiden, kita sudah sampai di dermaga Tirta Mulia mari kita langsung ke tempat pelelangan ikan” kata Abdul Karim
“oh begitu, ok saya ikut saja” jawab saya
Sang gubernur berjalan disisi kanan saya, sementara menteri Kesejahteraan berada di sisi kiri saya. Saya lihat dermaga Tirta Mulia jauh dari kesan kumuh, karena bangunannya megah dan unik, sepintas bangunan dermaga ini mirip sebuah Kepiting besar yang kepala menghadap ke laut.
Penasaran saya coba bertanya lebih jauh dengan pak Abdul Karim.
“Pak Gubenur bisakah anda jelaskan bentuk bangunan dermaga dan fungsinya kenapa bentuknya sangat unik?”. Tanya saya penasaran.
Beliau hanya tersenyum dan malah mempersilahkan saya duduk pada sebuah kereta air berbebntuk perahu kecil dengan kapasitas 4 orang di dalam dermaga yang berada pada sebuah rel berupa jalur kolam kecil yang memanjang menuju daratan, sementara dikiri dan kanannya juga tersedia jalur bagi pejalan kaki yang dibatasi pagar kayu yang kokoh dan diukir indah.
“Pak Gubernur, kenapa pertanyaan saya belum di jawab?” tanya saya semakin penansaran

“Maaf pak Presiden saya akan jelaskan setelah kita sudah duduk di kereta air ini.” Jawab beliau sambil senyum
“Bangunan ini bentuknya mengadopsi dari bentuk kepiting dengan banyak tangan, panjangnya dari laut ke daratan kurang lebih 400 meter, oleh karena itu disediakan kereta air untuk penumpang dan juga kereta air untuk barang atau untuk mengangkut ikan, selain kami sediakan troli , hal ini sengaja kami sediakan agar proses pengangkutannya menjadi lebih mudah dan cepat.” Jelas pak Gubernur

“Semua konsumsi listrik kami sediakan melalui pemanfaatan angin , ombak dan matahari yang kami ubah menjadi tenaga listrik.
Gedung ini kami buat dengan tiga lantai, atap lantai atas bagian gedung yang berbentuk Dome Kaca adalah pengolahan air , kami manfaatkan sebagai pengolah air laut menjadi air tawar dengan memanfaatkan panas matahari, prinsip kerjanya seperti proses pembuatan hujan, dimana air menguap karena panas matahari kemudian upa air tersebut di salurkan ke dalam tabung pendingin sehingga uap air akan mengembun menjadi air kemudian ditampung pada kolam penampungan, adapun kolam penampungannya kami buat di tingkat paling bawah gedung ini, agar suhunya dapat terjaga. Untuk menaikan air ke lantai atas kami memanfaatkan energi gerak putaran angin , begitu pula untuk menyalurkan air ke bak-bak penampungan yang dekat dengan lokasi rumah para nelayan, maupun danau buatan yang kami buat ditengah-tengah pulau ini.
Untuk urusan pemasaran dan distribusi hasil tangkapan para nelayan , kami telah menyediakannya di gedung ini antara lain fasilitas timbang , lelang, proses packing dan pengawetan dengan menggunakan garam maupun es untuk membekukan.
Dapat dikatakan gedung ini selain memiliki fungsi dermaga tapi juga layanan satu atap untuk kebutuhan para nelayan dipulau ini”.
Wah luar biasa, terima kasih pak Gubernur, sekarang saya jadi tahu program kerja pak Menteri Kesejahteraan dengan PKP3N nya sudah membumi dan dapat dirasakan manfaatnya. Kata saya
“Benar pak Presiden” . balas Gubernur
Lalu saya pun diajak ke sebuah aula yang lokasinya berdekatan dengan dermaga , ternyata sudah berkumpul ratusan pria dan wanita yang berpakaian rapi dan indah seperti para turis.
“Assalamu’alaikum”, sapa saya seraya duduk di bangku depan yang menghadap mereka
“Wa’alaikumussalam, selamat datang pak Presiden di desa kami” , jawab hadirin
Saya sedikit kaget , saya kira mereka para turis ternyata mereka adalah para nelayan penduduk desa ini.
Saudara-saudaraku , saya sengaja datang kesini karena saya ingin mengetahui sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah. Kata saya memulai pembicaraan
Salah seorang diantara mereka yang telah ditunjuk menjadi jubir pun segera menjawab pernyataan saya.
“Pak Presiden kami sangat berterima kasih karena Bapak sudi datang ke desa kami”. Kata Amir juru bicara mereka
“Kalau pak Presiden tidak keberatan saya mewakili penduduk pulau Tirta Mulia akan menceritakan kemajuan-kemajuan yang telah kami lakukan bersama untuk membangun desa kami”. Kata pak Amir berapi-api.

“Silahkan”, jawab saya
“Pak Presiden, kehidupan kami sebagai nelayan yang dulu susah dan miskin kini telah berbalik 180 derajat. Kami hidup berkecukupan dan sejahtera. Hal ini bisa kami capai karena kami telah membangun pulau kami ini dengan prinsip ekosistem yang seimbang, dimana kami menyediakan secara mandiri kebutuhan hidup kami dan menjualnya ke luar pulau hasil-hasil tangkapan laut kami,
Sehingga kami tidak tergantung kebutuhan pokok dari luar pulau tapi kami sudah menyediakannya secara swadaya, hasilnya kami bisa menabung untuk masa depan kami dari hasil tangkapan.
Dahulu air tawar untuk kebutuhan minum kami , harus kami beli dan datangkan dari luar pulau, tapi setelah pemerintah membuat penyulingan air laut menjadi air tawar dengan memanfaaatkan panas matahari , kesulitan air tawar sudah dapat kami atasi, bahkan dapat kami tampun di danau buatan yang ada di tengah pulau ini, sebagai sumber irigasi bagi sawah , kebun dan hutan lindung kami. Disamping itu Danau buatan ini bisa menjadi tempat rekreasi dan oasis bagi burung-burung yang kelelahan dan akan meneruskan perjalanan melintasi laut.
Seluruh bagian pulau yang tidak digunakan yang tadinya gersang kami tanami dengan tanaman buah, adapun untuk bagian pesisir seluruhnya kami tanami dengan pohon kelapa, maupun manggrove, hal ini untuk mencegah abrasi, selain menanami dengan tumbuhan , kami juga membuat terumbu karang di sekitar pulau bahkan sampai radius 1 kilometer.
Hasil positifnya pantai menjadi jernih dan menjadi tempat ekosistem bagi ikan , udang dan plankton, sehingga ketersediaan bibit-bibit ikan tidak pernah habis.
Untuk menjaga ketersediaan ikan kami juga melarang penggunaan jaring kecil karena akan mematikan ikan-ikan yang kecil dan anak-anak ikannya.
Minyak Goreng kami hasilkan dari kebun-kebun kelapa yang kami buat, rumput , pohon-pohon buah kami datangkan termasuk hewan-hewan ternak dan kami buat ekosistemnya disini , untuk kebutuhan gas kami menbuatnya dari olahan biogas dan efek samping pembuatan kompos.
Untuk listrik kami buat dari memanfaatkan energi angin , matahari dan ombak yang melimpah sepanjang tahun. Di beberapa lokasi pantai kami membuat generator bertenaga angin dengan kipas yang besar-besar dan generator bertenaga ombak yang di pasang pada dam-dam pemecah ombak di lepas pantai.
Urusan komunikasi , kami memanfaatkan menara mercu suar setinggi 100 meter untuk antena pemancar, adapun tenaga listriknya berasal dari kincir-kincir anggin berbentuk turbin yang melingkar di dinding mercu suar dari bawah ke atas.
Siaran televisi, koneksi telepon dan internet tidak menjadi kendala di pulau kami.
Semua bisa tersedia dengan mudah.
Produk yang kami beli dari pulau luar kenbanyakan alat-alat elektronik, mesin ,alat-alat dari besi, alat transportasi , pakaian,alat tulis dan semen, semua barang yang tidak bisa kami produksi disini, selebihnya kami sediakan sendiri.
Bahkan sekarang kami sedang merencanakan membuat Helipad dan menyediakan sebuah helicopter untuk kegiatan darurat semisal membawa pasien ke rumah sakit terdekat, walaupun demikian pemerintah juga sudah membuat Rumah Sehat Desa untuk melayani kebutuhan kesehatan desa kami.Namun demikian angka tingkat kesehatan di desa kami cukup bagus sehingga tidak ada warga desa yang harus di rawat karena kami membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan yang baik tanpa pengawet sehingga terhindar dari bahaya laten penyakit yang besar.
Sekarang untuk memiliki perahu penangkap ikan yang canggih pun telah dapat kami lakukan karena pemerintah memberikan kredit dengan suku bunga murah dan jangka waktu yang lama.
Alhamdulillah pak presiden meskipun saya sebagai nelayan saat ini saya telah memiliki 4 perahu canggih penangkap ikan yang telah dilengkapi dengan alat navigasi, radar ikan dan komunikasi yang selalu bisa berkomunikasi dengan penjaga mercu suar, sehingga sekarang mengkap ikan jauh lebih mudah. Bahkan karena waktu kita jadi efisien sisa waktu yang ada banyak kami gunakan untuk menjaga kebersihan laut dari pencemaran dan peremajaan terumbu karang. Bahkan tak jarang saya bersilaturahmi dengan keluarga di pulau lain dengan menggunakan kapal FlyBoat yang super cepat dan dapat melayang diudara setinggi 5 meter diatas permukaan laut, alhamdulillah 1 dari 3 warga sudah memiliki FlyBoat, sehingga urusan bepergian ataupun silaturahmi bukan masalah lagi.
Intinya kami bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada pemerintah karena sekarang kami telah terangkat dari lembah kemiskinan dan sudah menjadi manusia-manusia mandiri yang bisa mencukupi kebutuhannya sendiri”. Kata pak Amir mengakhiri ceritanya
Saya mendengarkan dengan rasa bangga campur haru cerita pak Amir tadi, sehingga tak ada hal lain yang saya ingin tanyakan lagi kecuali saya ingin mengelilingi pulau ini.
“ Alhamdulillah, kalau begitu sudikah pak Amir menemani saya mengelilingi pulau ini besok pagi ba’da Shubuh?.” Tanya saya
“ Insya Allah dengan senang hati pak presiden” jawab beliau tangkas
Saya pun membalasnya dengan senyum jawaban beliau.
Purnama dimalam itu begitu indah terlihat diatas langit pulau Tirta Mulia saat para penduduknya beringsut meninggalkan balai pertemuan menuju rumahnya masih-masing.